
REPUBLIKA.CO.ID, BURNLEY -- Putaran kualifikasi kedua Liga Europa mungkin dianggap kurang menarik bagi banyak orang. Namun bagi Burnley, kembali ke kompetisi Eropa setelah 51 tahun merupakan sesuatu yang layak dirayakan.
Pada Kamis (26/7) waktu setempat atau Jumat (27/7) dini hari WIB, klub Lancashire itu kembali bertanding di kompetisi UEFA, ketika mereka menghadapi Aberdeen di Skotlandia. Pertandingan leg kedua akan dimainkan di Turf Moor pekan depan.
Bagi klub yang menghadapi degradasi dari strata keempat pada 1987, nasib mereka kini telah berubah jauh. Burnley kembali ke Eropa setelah finis di peringkat ketujuh Liga Primer Inggris merupakan sesuatu yang disebut manajer Sean Dyche sebagai 'lencana kehormatan'.
Burnley merupakan kota terkecil di Liga Inggris dengan populasi hanya 73 ribu orang. Sebanyak 2.000 alokasi tiket untuk mereka di Pittodrie terjual dengan cepat, di mana lebih banyak lagi orang yang berkumpul di stadion untuk menyaksikan tayangan khusus pertandingan yang tidak disiarkan di televisi.
Terakhir kali the Clarets bermain di kompetisi Eropa adalah pada 1967 ketika mereka mencapai perempat final Piala Fairs, pendahulu Piala UEFA dan Liga Europa.
Setelah mengalahkan klub Liga Jerman Stuttgart, klub Swiss Lausanne, dan klub Liga Italia Napoli, Burnley dikalahkan Eintracht Frankfurt melalui pertarungan dua leg. Itu merupakan penampilan kedua di Eropa bagi tim tersebut. Sebelumnya, sebagai juara Inggris, Burnley ambil bagian pada Piala Eropa, sekarang Liga Champions, musim 1960/1961. Sayang, the Clarets kalah dari Hamburg SV di delapan besar.
Terdapat kekecewaan pada sejumlah penggemar Burnley ketika hasil undian mempertemukan mereka dengan tim Britania lainnya. Namun jika the Clarets mampu melewati Aberdeen, mereka akan berhadapan dengan klub Turki Istanbul Basaksehir di putaran berikutnya, sebelum putaran play-off untuk mendapatkan tempat di fase grup.
"Kami akan pergi ke Skotlandia, maka kami akan menghadapi banyak orang Britania. Namun saya tetap berpikir level keseluruhannya akan menyenangkan untuk para penggemar dan untuk kami sendiri," kata bek Burnley, James Tarkowski. "Para pemain benar-benar tidak sabar untuk itu dan akan merasakan gaya sepak bola yang berbeda."
Aberdeen lebih familiar dengan tantangan-tantangan di sepak bola internasional. Mereka memenangi Piala Winners Eropa pada 1983 ketika masih dilatih Alex Ferguson. Aberdeen merupakan peserta reguler di Liga Europa setelah finis sebagai runner-up Liga Skotlandia pada empat musim sebelumnya.
"Ada banyak kegembiraan, khususnya dari para penggemar mengenai kami akan menjalankan tur Eropa," kata Tarkowski. "Maka akan gila untuk pergi dan menyia-nyiakan putaran pertama kualifikasi, maka kami ingin pergi sejauh mungkin. Namun kami harus melewati pertandingan pertama."
Jika mereka mencapai fase grup -- dengan enam pertandingan lagi untuk dimainkan -- hal itu akan mewakili peningkatan beban kerja bagi salah satu skuat terkecil di Liga Inggris. Burnley belum merekrut satu pemain baru pun di bursa transfer dan mengandalkan sejumlah pemain mudanya dari tim pengembangan pada beberapa pertandingan persahabatan terakhir.
Ketika kegembiraan dan harga diri para penggemar klub difokuskan pada debut di Liga Europa, Dyche, yang telah dua kali membawa klub dari divisi kedua menuju strata tertinggi, paham benar bahwa bertahan di Liga Inggris merupakan prioritas.
"Menurut saya harus disadari bahwa, untuk klub dengan ukuran seperti ini, ini merupakan lompatan besar. Tidak banyak orang pada awal musim lalu memberi kami peluang untuk finis di peringkat ketujuh. Klub-klub seperti yang satu ini hampir harus kembali ke titik start setiap musim untuk kembali membentuk ulang (skuat)," kata dia.
Pekerjaan pembentukan ulang tentu akan terjadi sebelum bursa transfer ditutup pada 9 Agustus. Namun, Kamis ini akan membuat para penggemar yang melakukan tur tandang merasakan menjadi bagian dari sejarah.
https://bola.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-inggris/18/07/25/pcflc6348-euforia-burnley-kembali-ke-eropa-setelah-setengah-abad
0 Comments:
Post a Comment